Selasa, 17 Juni 2014

Analisis Laporan Keuangan PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja

TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (PERSERO)

Nama                         :           Muhamad Fachrudin
Kelas                          :           3DA01
NPM                          :           44211650
Mata Kuliah                        :           Analisis Laporan Keuangan
Dosen                        :           Mulatsih


Depok
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Soemarso dalam bukunya ( Financial Statement Analysis ) (2006:430), laporan keuangan adan hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena.
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, dalam bukunya yaitu Analisis Laporan Keuangan  (2002:63), laporan keuangan adalah yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang laon, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan.
Menurut Dwi Prastowo, (2002:52), menganalisis laporan keuangan, berarti melakukan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan antara unsur-unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan tersebut.
Menurut PSAK ( Standar Akuntansi Keuangan ), laporan keuangan merupakan laporan yang menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklarifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. (IAI, 2002 : par 47)
Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan (2006:105), laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu
Menurut Martin (2002:481), analisa keuangan adalah usaha untuk menemukan kelemahan kinerja keuangan yang dapat menimbulkan masalah dimasa yang akan datang dan untuk menentukan kekuatan kinerja keuangan yang dapat diandalkan. Peralatan analisis yang digunakan untuk menemukan kelemahan dan kekuatan tersebut adalah laporan keuangan yang mencakup neraca, laporan laba rugi, aliran kas serta laporan sumber dan penggunaan dana.
Menurut Munawir dalam bukunya yang berjudul “Analisa Laporan Keuangan” menyatakan : “Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan Perubahan Modal atau Laba yang ditahan, walaupun dalam prakteknya sering diikutsertakan beberapa daftar yang sifatnya untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut. Misalnya, laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas, perhitungan harga pokok, maupun daftar-daftar lampiran yang lain.” (2002:13)
Tujuan Laporan Keuangan
            Ada 2 jenis tujuan dari laporan keuangan, antara lain tujuan umum dan tujuan kualitatfif. Tujuan laporan keuangan secara umum adalah sebagai berikut :
·         Informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan sumber ekonomi netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan dalam rangka mendapatkan laba.
·         Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai Aktiva, Kewajiban & Modal.
·         Membantu para pemakai dalam memperkirakan potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
·         Memberi informasi penting lainnya mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi & kewajiban seperti informasi mengenai aktivitas belanja.
·         Mengungkapkan informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan keuangan.
Tujuan Kualitatif laporan keuangan :
·         Relevan
Biasanya relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya karena jika informasi tersebut tidak relevan maka informasi tersebut tidak ada gunanya bagi pemakai informasi tersebut.
·         Dapat dimengerti
Informasi harus dapat dimengerti yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakainya, sehingga pemakai diharapkan mempunyai kemampuan mengenai aktivitas perusahaan, proses akuntansi & laporan keuangan.
·         Daya uji
Untuk dapat meningkatkan manfaatnya maka harus dapat diuji kebenarannya oleh pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama, namun ini bersifat subyektif.
·         Netral
Informasi harus untuk kepentingan umum pemakai, tidak boleh tergantung pada kebutuhan atau keinginan pihak tertentu.
·         Tepat waktu
Hal ini dimaksudkan supaya dapat digunakan secepat mungkin & menghindari tertundanya suatu keputusan hanya karena tidak tepat waktu.
·         Daya banding
Laporan  akan lebih berguna jika laporan tersebut disajikan secara komparatif, misalnya dikomparatifkan dengan tahun sebelumnya atau misalnya dikomparatifkan dengan laporan keuangan dengan perusahaan yang sejenis pada tahun yang sama.
·         Lengkap
Maksudnya bahwa tidak hanya menghendaki pengungkapan fakta keuangan yang penting saja melainkan juga menghendaki penyajian fakta tersebut sedemikian rupa sehingga tidak menyesatkan bagi para pemakainya.



















BAB II
PEMBAHASAN
Laporan Keuangan PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PERSERO)
1.      Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
2.      Laporan Laba Rugi Konsolidasian
3.       Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian
4.      Laporan Arus Kas Konsolidasian
PERHITUNGAN RASIO KEUANGAN
Rasio Likuiditas
Adalah  menunjukkan  kemampuan suatu  perusahaan  untuk  memenuhi kewajiban  keuangannya  yang  harus segera  dipenuhi, atau  kemampuan   perusahaan  untuk memenuhi  kewajiban  keuangan pada saat ditagih (S. Munawir, 1995 hal 31).
Rasio  likuiditas  terdiri dari :
1.                  Current Ratio
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
Rumus  :
Current ratio = (Aktiva Lancar / hutang lancar) 
Pada tahun 2012, CR = ( Rp. 80.902.820.196.776 : Rp. 1.632.154.769.988 )
= 49,568
Pada tahun 2011,CR = ( Rp. 67.230.961.009.629 : Rp. 1.575.257.359.743 )
= 42,679
Pada tahun 2010,CR = (Rp. 60.671.782.796.215 : Rp. 1.429.270.211.928 )
= 42,449
Kesimpulan : Setiap Rp.1 utang lancar dijamin oleh 49.568 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 2012 = 49,568 : 1, 2011 = 42,679 : 1, 2010 = 42,449 : 1
2.                  Acid test ratio (Ratio Immediate Solvency)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.
Note : Karena disini perusahaan yang digunakan adalah perusahaan jasa, jadi pada perhitungan quick ratio tidak ada.
Ratio Solvabilitias
Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Suatu  perusahaan yang solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvable belum tentu likuid.
1.                  Total debt to equity ratio (Rasio hutang terhadap Equitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya .
Rumus:
Total Debt to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%
pada tahun 2012, = (Rp. 130.980.600.510.481 : Rp. 1.500.000.000.000) x 100%             
= 87,32 = 100%
Pada tahun 2011, = (Rp. 111.801.562.145.787 : Rp. 1.000.000.000.000) x 100%
= 111,8 = 100%
Pada tahun 2010, = (Rp. 97.350.648.631.892 : Rp. 600.000.000.000) x 100%
= 162,25 = 100%
Kesimpulan:  perusahaan dibiayai oleh utang 100% untuk tahun 2010 sampai dengan 2012  menunjukan kreditor menyediakan Rp.100,- untuk setiap Rp.100


2.                  Total debt to asset ratio (Rasio Hutang terhadap Harta)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Rumus:
Total Debt  to Asset  Ratio = (Total Hutang / Total aktiva) x 100%
Pada tahun 2012, = (Rp. 130.980.600.510.481 : Rp. 137.532.451.496.177) x 100%
= 0,95 = 95%
Pada tahun 2011, = (Rp. 111.801.562.145.787 : Rp. 116.627.200.887.461) x 100%
= 0,96 = 96%
Pada tahun 2010, = (Rp. 97.350.648.631.892 : Rp. 102.741.106.176.299) x 100%
= 0,95 = 95 %.
Ratio Rentabilitas
Rasio ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Yang termasuk dalam ratio ini adalah :
1.                  Gross Provit Marginal (Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Rumus :
GPM = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%
Pada tahun 2012, = (Rp. 2.958.505.797.695 : Rp. 4.696.264.537.790)x 100%
= 0,63 = 63%
Pada tahun 2011, =(Rp. 2.438.243.624.273 : Rp. 3.851.067.334.268) x 100%
= 0.63 = 63%
Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam menghasilkan menghasilkan laba kotor dari pejualan bersih adalah sebesar 2012 = 63%, 2011 = 63%


2.                  Net Profit Marginal (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Rumus:
NPM = (Laba setelah pajak / Total Aktiva) x 100%
Pada tahun 2012, = (Rp. 2.199.349.175.620 : Rp. 137.532.451.496.177) 100%
= 0,016 = 1,6%
Pada tahun 2011, = (Rp. 652.982.666.390 : Rp. 116.627.200.887.461) 100%
= 0,005 = 0,5%
Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih adalah sebesar 2012 = 1,6%, 2011 = 0,5%
3.                  Operating Profit Margin
Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
RUMUS:
OPM = (Laba usaha / Penjualan Bersih) x 100%
Pada tahun 2012, = (Rp. 2.199.349.175.620 : Rp. 4.696.264.537.790) x 100%
= 0,47 = 47%
Pada tahun 2011, =(Rp. 652.982.666.390 : Rp. 3.851.067.334.268) x 100%
= 0,17 = 17%
Kesimpulan: Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga ratio ini rendah menunjukan keadaan yang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga rendah, dan yang tersedia untuk laba besar.
1.                  Return of Asset
Adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.
RUMUS:
ROA = (Laba bersih setelah pajak / total aktiva) x 100%
Pada tahun 2012, = (Rp. 2.199.349.175.620 : Rp. 137.532.451.496.177) x 100%
= 0,016 = 1,6%
Pada tahun 2011, = (Rp. 652.982.666.390 : Rp. 116.627.200.887.461) x 100%
= 0,005 = 0,5%
Kesimpulan: laba bersih yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan untuk  menghasilkan keuntungan adalah sebesar 1,6%
2.                  Return of Equity
Adalah Tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan. Dalam pengertian ini, seberapa besar perusahaan memberikan imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan investor ke perusahaan tersebut.
RUMUS:
ROE = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang Saham) x 100%
Pada tahun 2012, = (Rp. 2.199.349.175.620 : Rp. 1.500.000.000.000) x 100%
=  1,47 = 100%
Pada tahun 2011, = (Rp. 652.982.666.390 : Rp. 1.000.000.000.000) x 100%
=0,65 = 100 %
Rasio Perputaran Piutang
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan barang-barang secara kredit dan hasil dari penjualan secara kredit netto dibagi dengan piutang rata-rata merupakan perputaran piutang.
RUMUS:
Perputaran Piutang = (Penjualan / piutang usaha)
Perputaran piutang 2012 = (Rp. 4.696.264.537.790 : Rp. 3.287.074.033)
                                            = 1428,7
Perputaran piutang 2011 = (Rp. 3.851.067.334.268 : Rp. 7.462.731.412)
                                           = 516,03
Faktor – Faktor yang mempengaruhi kenaikan dan penurunan setiap tahunnya :
1.                  Current Asset
Current Asset PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena jumlah peminat asuransi tenaga kerja semakin meningkat. Dalam dunia kerja asuransi tenaga kerja sangatlah penting, agar jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan suatu saat. Seorang karyawan tidak lagi mempermasalahkan tentang keuangan. Perusahaan asuransi sudah menanggungnya. Maka dari itu faktor ini lah yang menjadi kenaikan current asset perusahaan.
2.                  Quick Ratio
Karena perusahaan yang dipakai adalah perusahaan jasa, maka perhitungan quick rasio ditiadakan.
3.                  Total debt to equity ratio (Rasio hutang terhadap Equitas)
Rasio ini merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya terhadap modal sendir, setiap tahunnya mengalami peningkatan, karena dengan penambahan modal yang meningkat setiap tahunnya. Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang pun semakin besar.
4.                  Total debt to asset ratio (Rasio Hutang terhadap Harta)
Pada tahun 2010 ke 2011 mengalami peningkatan, namun sebaliknya pada tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan kembali, hal ini disebabkan oleh total aktiva yang didapatkan pada tahun 2011 hanya lebih sedikit dari total hutang pada tahun tersebut.
5.                  Gross Provit Marginal (Margin Laba Kotor)
Pada rasio ini setiap tahunnya tidak mengalami peningkatan atau penurunan, melainkan stabil, mungkin hal ini disebabkan oleh target perusahaan dalam mencapai laba kotor yang didapatkan setiap tahunnya.
6.                  Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan dalam rasio analisis ini, contohnya pada tahun 2011, perusahaan mendapatkan 0,5% namun pada 2012 menjadi 1,6%, hal ini disebabkan karena laba setelah pajak yang didapatkan pada 2012 bisa 3 kali lipat dari tahun 2011.
7.                  Operating Profit Margin
Dalam rasio ini perusahaan PT Jaminan Sosia Tenaga Kerja mengalami peningkatan yang signifikan juga. Hal ini disebabkan karena perusahaan membuat target pendapatan yang lebih besar dari tahun sebelumnya. Dan perusahaan pun berhasil meningkatkan total laba yang sudah dipotong dengan pajak.
8.                  Return Of Asset
Rasio ini pun mengalami peningkatan setiap tahunnya, faktornya pun sama, yaitu dengan mencapai target laba setelah pajak. Karena setiap tahunnya perusahaan ingin selalu memberikan jaminan asuransi bagi para tenaga kerja, minat pun banyak dari kalangan tenaga kerja.
9.                  Return Of Equity
Dengan jumlah yang semakin meningkat setiap tahunnya, perusahaan pun dapat membayar modal saham dengan cepat. Jadi antara modal saham dan laba setelah pajak yang didapatkan setiap tahunnya, hal ini membuat satu sama lain akan saling menguntungkan.
10.              Perputaran Piutang

Penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan setiap tahunnya meningkat. Perputaran piutang pun meningkat setiap tahunnya, faktornya adalah para konsumen yang ingin mencoba membayar asuransi dengan metode bertahap kepada perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar